PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah merupaka kewajiban bagi setiap orang muslim
baik itu laki-laki ataupun perempuan. Dengan ibadah kita dapat lebih dekat
dengan sang pencipta Allah SWT. Kali ini dalam makalah yang akan memaparkan
tentang SK dan KD Mata Pelajaran Fiqih kelas VII semester I. Dari KD yang
berkaitan dengan Mata Pelajaran Fiqih tersebut menjelaskan tentang ibadah yang
meliputi: tata cara sholat lima waktu, bacaan-bacaan salat lima waktu, ketentuan
waktu salat lima waktu, ketentuan sujud sahwi dan Mempraktikkan salat lima
waktu dan sujud sahwi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang
yang telah dijelaskan pada SK dan KD Mata Pelajaran Fiqih kelas VII semester I
meliputi:
1.
Bagaimana
tata cara sholat lima waktu?
2.
Apa
saja bacaan-bacaan pada sholat lima waktu?
3.
Bagaimana
ketentuan-ketentuan pada waktu sholat lima waktu?
4.
Bagaimana
ketentuan sujud sahwi?
5.
Bagaimana
praktik sholat lima waktu dan sujud sahwi?
1.
Menjelaskan
tata cara sholat lima waktu.
2.
Menghafalkan
bacaan-bacaan pada sholat lima waktu.
3.
Menjelaskan
ketentuan-ketentuan waktu sholat lima waktu.
4.
Menjelaskan
ketentuan sujud sahwi.
5.
Mempraktik
sholat lima waktu dan sujud sahwi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tata cara salat lima waktu.
Asal makna Shalat menurut bahasa Arab berarti do’a,
kemudian yang dimaksut di sini: yaitu ibadat yang tersusun dari beberapa
perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir disudahi dengan
salam, menurrut beberapa syarat tertetu.
Firman Allah SWT : واقىم الصلوة ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر
Artinya: ....Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat
itu mencegah perbuatan yang jahat (keji) dan yang munkar... (Al-Ankabut 45)
Shalat yang diwajibkan atas tiap-tiap orang yang
dewasa dan berakal, ialah lima waktu sehari semalam. Mulai turun perintah wajib
shalat itu, ialah pada malam isra’ mi’raj setahun sebelum tahun hijriyah.
Kemudian dalam hal ini
akan dibahas tentang tata cara shalat lima waktu, yaitu:
·
Niat, arti niat ini ada dua:
Asal ma’na niat
” menyengaja ”, sesuatu perbuatan dengan adanya sengaja ini, perbuatan
dinamakan ikhtijari ( kemauan sendiri bukan di paksa ).
Niat pada syara’
( yang menjadi rukun shalat dan ibadat yang lain-lain) yaitu: menyengaja suatu
perbuatan karena mengikuti perintah Allah agar supaya diridhainya, inilah yang
dinamakan ihlas. Maka orang yang shalat hedaklah ia sengaja mengarjakannya.
Firman Allah SWT : وما امروالا ليعبد
واالله مخلصين له الدين
Artinya : “ Dan meraka tidak disuruh melainkan supaya
menyembah Allah serta dengan ikhlas beragama kepadaNya, (beribadah menurut
perintahNya) ” Al-Baiyinah 5
·
Berdiri bagi orang yang mampu, adapun pengecualian
bagi orang yang tidak mampu berdiri ketika sholat boleh dengan duduk dan kalau
tidak mampu ia boleh berbaring, dan kalau tidak mampu berbaring boleh dengan
menelentang. Kalau juga tidak mampu sholat semampunya seperti dengan isyarat
sekalipun. Yang terpenting sholat tidak boleh ditinggalkan selama imam masih
ada.
·
Takbiratul-Ihram, (membaca ..Allahu
Akbar..)
Cara dari takbiratul-ihram
ialah, mengangkat kedua tangan diatas pundak kemudian kedua telapak tangan
membuka, lalu letakkan kedua tangan diatas perut dan dibawah dada, dilanjutkan
tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri. Disambung membaca الله اكبر dan do’a iftitah:
الله اكبر
كبرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا اني وجهت وجهي للذي فطرا لسموات
والارض حنيفا مسلما وما انا من المشركين انصلاتي ونسكي ومحياي ومما تي لله رب
العلمين لاشريك له وبذلك امرت وانا منالمسلمين
Sabda Rasulullah SAW: قا رسول الله ص م مفتاح الصلاة الوضوء وتحريمها التكبير وتحليلها التسليم
Artinya: “ Kunci sholat itu wudhu, permulaannya
takbir dan penghabisannya salam”. (Riwayat Abu Daud dan
Tirmidzi).
·
Membaca Surat Al-fatihah, kemudian disusul
dengan bacaan surah-surah pendek.
·
Ruku’ serta tuma’ninah (berhenti).
Setelah membaca surah
Al-fatihah dan surah-surah pendek dilanjutkan pada ruku’ yaitu, membungkukkan
badan, kedua tangan memegang kedua lutut, antara kepala dan punggung harus sama
(rata), setelah dirasa cukup kemudian membaca:
سبحان ربي العظيم وبحمده 3 kali
·
I’tidal serta tuma’ninah (berhenti).
Kedua tangan diangkat
diatas pundak, kemudian dilepaskan jangan sampai kedua tangan bergerak-gerak.
Kemudian membaca:
سمع الله لمن حمده ربنا لك الحمد مل ء السموات وملءالارض وملء
ماشؤت من شيء بعد
·
Sujud dua kali serta tuma’ninah (berhenti).
Sujud dilakukan dengan
cara kedua tangan diturunkan dan tidak perlu diangkat ke atas, kemudian lutut
lebih dulu menyentuh pada alas (sajadah), kedua
kedua tangan menyentuh pada alas (sajadah), antara dahi dan hidung
menyentuh pada alas, kaki di angkat seperti menjinjit, kedua tangan untuk
laki-laki agak di buka, namun bagi perempuan tidak perlu dibuka. Dilanjutkan
membaca:
سبحا ن ربي الاعلى وبحمده kali 3
·
Duduk di antara dua sujud dan tuma’ninah (berhenti).
Duduk iftirasy
di antara dua sujud dan tasyahud awal, duduk tawaruk pada tasyahud ahir,
meletakkan tangan kanan di atas paha kanan terkepal dengan jari telunjuk menunjuk,
meletakkan tangan kiri di atas paha kiri.[1]
Kemudian membaca:
·
Duduk ahir, untuk tasyahud ahir
dan shalawat atas Nabi SAW dan atas keluarga beliau.
·
Membaca tasyahud ahir.
·
Salam (yang pertama kea rah kanan dan disusul kea rah kiri).
·
Tertib (meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya
menurut susunannya yang tersebut di atas).
Sabda Rasulullah: قال رسلول الله صلى الله عليه وسلم : صلوا كما رايتموني اصلى
Syarat-syarat wajib sholat lima waktu.
1. Islam, adapun orang
yang tidak islam tidak wajib baginya menunaikan sholat.
2. Suci, baik dari hadast
kecil maupun besar.
3. Berakal, orang yang
tidak berakal tidak wajib sholat.
4. Baligh, (sampai umur
dewasa).
5. Telah samapai da’wah (perintah
Rasulullah SAW, kapadanya), orang yang belum menerima perintah tidak di tuntut
dengan hukum.
6. Melihat atau mendengar, melihat
atau mendengar merupakan syarat wajib sholat walau pada suatu waktu untuk
kesempatan mempelajari hukum-hukum syara’ orang yang buta dan tuli sejak lahir
tidak dituntut dengan hukum, karena tidak ada jalan baginya untuk belajar
hukum-hukum syara’.
7. Terjaga, (tidak tidur).
Maka orag yang tidur tidak wajib sholatnya begitu pula dengan orang yang lupa.
Syarat-syarat sah sholat lima waktu.
a.
Suci
dari hadast kecil dan besar.
b.
Suci
badan, pakaian dan tempat dari pada najis.
c.
Menutup
aurat, Aurat ditutup dengan suatu yang menghalangi kelihatan warna kulit, aurat
laki-laki antara pusar dengan lutut sedangkan pada perempuan seluruh tubuh
kecuali muka dan kedua telapak tangan.
d.
Mengetahui
adanya waktu sholat. Diantara syarat sah sholat mengetahui waktu sholat sudah
ada.
e.
Menghadap
kiblat (ka’bah), selama melaksanakan sholat harus menghadap kiblat.
Hal-hal yang membatalkan sholat.
Ø Meninggalkan salah satu rukun atau
memutuskan rukun.
Ø Meninggalkan salah satu syarat.
Ø Dengan sengaja berkata-kata.
Ø Banyak bergerak.
Ø Makan atau minum.[4]
Sunah-sunah dalam sholat.
Ada dua macam sunah
dalam sholat:
1.
Sunah
ab’ad yaitu sunnah yang apabila ditinggalkan karena lupa disunah kan diganti
dengan sujud sahwi dilakukan pada ahir sholat sebelum salam.
2.
Sunah
hai’at yaitu sunnah yang apabila ditinggalkan tidak perlu disunahkan diganti
dengan sujud sahwi.
B. Bacaan-bacaan salat lima waktu.
Ibadah sholat
merupakan ibadah mahdhah (ibadah yang tidak bisa diwakilkan), oleh
karena itu sholat harus dilaksakan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan
Nabi SAW.
Adapun bacaan-bacaan dalam sholat yaitu:
a.
Niat.
(niat untuk melaksakan sholat), misalnya niat sholat magrib:
اصلى فرض
المغرب ثلاث ركعات مستقبل القبلة ماءموما اماما لله تعالى
b.
Takbir,
yaitu mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan ”الله اكبر ”
c.
Do’a
iftitah.
الله اكبر كبرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا اني
وجهت وجهي للذي فطرا لسموات والارض حنيفا مسلما وما انا من المشركين انصلاتي ونسكي
ومحياي ومما تي لله رب العلمين لاشريك له وبذلك امرت وانا منالمسلمين
d.
Membaca
surah Al-fatihah.
e.
Membaca
surah-surah Al-qur’an (contoh Al-Ihlas).
f.
Do’a
ketika ruku’.
سبحان ربي
العظيم وبحمده 3
kali
g.
Do’a
i’tidal
سمع الله لمن حمده ربنا لك الحمد مل ء
السموات وملءالارض وملء ماشؤت من شيء بعد
h.
Do’a
sujud
سبحا ن ربي
الا على وبحمده 3
kali
i.
do’a di antara dua sujud.
رب اغفرلى وارحمني واجبرني وارفعني وارزقني
واهدني وعافني واعف عني
j.
Bacaan tasyahud awal.
التحيا ت المبا ركا ت الصلوا ت الطياة لله السلا م عليك ايها النبي ورحمة الله
وبراكاته السلام علينا وعلى عبا دالله الصلحين اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان
محمدارسول الله اللهم صلى على سيدنا محمد
k.
Do’a tasyahud ahir.
وعلى ال سيد نا محمد كما صليت على سيد نا ابرا
هيم وعلى ال سيد نا ابرا هيم وبارك على سيد نا محمدلاوعلى ال سيد نا محمد كما با
ركت على سيد نا ابراهيم وعلى ال سيد نا ابرا هيم في المين حميد مجيد
C. Ketentuan waktu salat lima waktu.
Firman Allah SWT :
قا ل الله
تعا ل ان الصلوة كا نت على المؤمنين كتا با موقوتا
”Sesungguhnya sholat itu diwajibkan atas orang yang
beriman, menurut waktu tertentu. ” An-Nisa’ 103.
Sholat fardhu wajib atas tiap-tiap orang mukallaf
(baligh dan berakal), lima kali sehari semalam.
1.
Sholat Zuhur,
awal waktunya setelah tergelinjirnya matahari, sedangkan ahirnya bila
bayang-bayang suatu benda telah menjadi sama dengan bayang-bayang benda itu
sendiri.
2.
Sholat
Asar, awal waktunya bila bayang-bayang setiap benda telah menjadi sama dengan
bayang-bayang benda itu sendiri dan lebih sedikit, sedangkan ahirnya sampai
terbenam matahari.
3.
Sholat
Magrib, awal waktunya sejak terbenam matahari sedangkan ahirnya terbenam mega
merah (sisa cahaya matahari pada waktu senja).
4.
Sholat
Isya’, awal waktunya sejak terbenam syafaq (mega merah), sedangkan
ahirnya terbit fajar shadiq (permulaan subuh).
5.
Sholat
Subuh, awal waktunya sejak terbit fajar shadiq sedangkan ahirnya terbit
matahri.
Awan itu ada tiga
macam, merah, kuning, dan putih. Yang merah waktu magrib, sedangkan kuning dan
putih waktu isya’. Ini merupakan penjelasan tentang waktu sahnya untuk
melakukan sholat lima waktu. Disamping itu ada waktu yang diharamkan untuk
melakukan sholat lima waktu yaitu:
a.
Ketika
terbit matahari hingga sepenggalah yaitu, lebih kurang enam puluh menit sesudah
matahari terbit.
b.
Ketika
matahari istiwa (berada di tengah-tengah langit, waktunya hanya sebentar dan
tidak lama) selain hari jum’at hingga tergelincir.
c.
Ketika
matahari kekuning-kuningan hingga terbenam.
d.
Sesudah
sholat subuh hingga matahari terbit (dan naik sepenggalah).
e.
Sesudah
sholat ashar hingga terbenam matahari.
Penjelasan tersebut diperkuat dengan hadist nabi:
لاصلاة بعد
الصبح حتى تطلع الشمس ولا صلاة بعد العصىر حتى تغيب الشمس ( متفق عليه )
“ Tidak ada sholat sesudah sholat Subuh hingga
matahari naik, tidak pula sesudah sholat Asar hingga terbenam matahari ”. (Muttafaq’alaih).
Kata sahabat Utbah bin Amir “Rasulullah SAW.
Melarang kita sholat pada tiga waktu dan mengubur mayat padanya, yaitu: ketika
matahari tampak terbit hingga naik, ketika batas tengah hari (istiwa) hingga
tergelincir, dan ketika matahari akan terbenam hingga terbenam”. (Riwayat
Muslim).[6]
D. Ketentuan sujud sahwi.
Sujud sahwi merupakan salah
satu sujud yang dilakukan ketika meninggalkan atau lupa melakukan syarat dan
rukun sholat. Untuk sujud sahwi
di lakukan ketika lupa melaksanakan tahiyat awal, membaca do’a kunut. Cara
untuk melaksanakannya setelah selesai membaca tahiyat ahir sebelum salam
lakukan sujud dua kali kemudian baru salam. Adapun bacaan dari sujud sahwi
adalah sebagai berikut: سبحان من لاينام
ولا يسهو .
v Sebab-sebab sujud sahwi yaitu:
Pertama, ketinggalan
tahiyat awal atau ketinggalan kunut menurut pendapat-pendapat yang telah
terdahulu.
Kedua, kelebihan
raka’at atau ruku’ atau sujud sebab lupa.
Ketiga, karena ragu
(Syak) bilangan raka’at yang telah dikerjakan. Umpama ia ragu apakah raka’at
yang sudah dikerjakan tiga atau empat, maka hendaklah ia jadikan bilangan yang
yakin yaitu, disini tiga raka’at maka ia tambah satu raka’at lagi serta ia
sujud sahwi sebelum ia salam.
Keempat, apabila
kurang raka’at sholat karena lupa.
Dari beberapa
penjelasan diatas para ulama’ bersepakat bahwa sujud sahwi dilakukan sebelum
salam bukan sesudah salam. Hukum dari sujud sahwi adalah sunah yang penting untuk
imam dan orang yang sholat sendiri. Adapun makmum ia wajib mengikuti imamnya,
berarti kalau imam sujud ia wajib pula sujud mengikuti imamnya dan apabila imam
tidak sujud ia tidak boleh sujud sendiri.[7]
E. Praktik salat lima waktu dan sujud sahwi.
1.
Jika
seseorang lupa bilangan rakaat yang telah dikerjakan hendaknya ia mengambil
yang diyakini yaitu yang sedikit. Kemudian sebelum salam disunnahkan sujud
sahwi.
2.
Jika
imam mengerjakan sujud sahwi, maka makmum wajib mengikutinya meskipun tidak
tahu sebab dan belum selesai sholatnya (karena masbuq).
3.
Jika
terjadi beberapa kesalahan dalam sholat yang menyebabkan sunatnya sujud sahwi,
maka sujud sahwinya cukup dilakukan sekali saja. [8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi
diatas tentang Mata Pelajaran Fiqih kelas VII semester I, berkaitan dengan SK
dan KD bab ibadah maka sudah jelas bahwa tujuan pembelajaran tersebut untuk
memberikan bahan materi ajar kepada anak-anak didik kelas VII semester I. Dan
materi ajarnya meliputi: tata cara sholat lima waktu, bacaan-bacaan pada sholat
lima waktu, ketentuan-ketentuan waktu sholat lima waktu, ketentuan sujud sahwi,
dan Mempraktik sholat lima waktu dan sujud sahwi.
[3] H. Sulaiman Rasjid, Fiqih
Islami, (Jakarta, Attahiriyyah, 1976), hlm. 64
[4] Drs. H. Kahar Masyhur, Salat
Wajib, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004), hlm.82-84
[5] Prof. Dr. Zakiah Daradjat,
Shalat Menjadikan Hidup Lebih Bermakna, (Jakarta, CV. RUHAMA, 2000),
hlm. 9-10
[6] Syekh Salim Ibnu Samir
Al-Hadhrami, Ilmu Fiqih (Safinatunnaja), (Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2004), hlm. 38-40
[7] Opcit, hlm. 60
Tidak ada komentar:
Posting Komentar