Jumat, 07 Maret 2014

Ketentuan Shalat - Khutbah Jum’at dan Ketentuan - Bacaan Shalat Jenazah



Klik disini untuk DOWNLOAD 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Shalat jum’at merupakan salah satu shalat wajib selain shalat 5 waktu yang dikhususkan untuk dilaksanakan bagi kaum laki-laki pada hari jum’at dan dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur. Dalam melaksanakan shalat jum’at terdapat pula khutbah jum’at yang dilakukan sebelum shalat jum’at dimulai. Oleh sebab itu shalat jum’at mempunyai ketentuan-ketentuan sendiri baik sebelum maupun sesudah melaksanakanya.
Selain shalat jum’at, shalat jenazah merupakan shalat yang wajib dilaksanakan. Shalat jenazah dikhususkan untuk mengirim doa kepada simayat menuju tempat persinggahan terakhir (kubur). Adapun shalat jenazah juga mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri dalam melaksanakannya.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang ketentuan- ketentuan dalam melaksanakan shalat jum’at dan shalat jenazah.

B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Ketentuan Shalat Dan Khutbah Jum’at?
2.    Bagaimana Ketentuan Shalat Jenazah?
3.    Bagaimana Bacaan Shalat Jenazah?

BAB II
PEMBAHASAN
MELAKSANAKAN TATA CARA SHALAT WAJIB
SELAIN SHALAT 5 WAKTU

1.    Ketentuan Shalat Dan Khutbah Jum’at
Pada hari jum’at umat islam disyariatkan untuk berkumpul agar mereka mengingat kebesaran nikmat Allah. Pada hari itu juga disyariatkan adanya khutbah, untuk mengingatkan orang-orang terhadap nikmat Allah tersebut. Serta memotivasi mereka untuk mensyukurinya. Pada hari itu juga disyariatkan untuk dilakukan shalat pada tengah hari. Agar orang-orang dapat berkumpul dalam satu masjid. Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk menghadirinya dan mendengarkan khutbah serta melakukan shalat jamaah.
Adapun ketentuannya sebagai berikut:
1)      Ketentuan Shalat Jum’at
Shalat jum’at ialah shalat dua rakaat sesudah khotbah pada waktu dhuhur pada hari jum’at. Hukum sholat jum’at itu Fardlu ‘Ain, artinya wajib atas setiap laki-laki yang beragama islam, merdeka, dan tetap didalam negeri. Perempuan, kanak-kanak, hamba sahaya, dan orang yang sedang dalam perjalanan tidak wajib shalat jum’at.[1]
a.       Syarat-Syarat Wajib Shalat Jum’at
·         Islam, tidak wajib atas orang non islam
·         Baligh (dewasa), tidak wajib shalat jum’at atas kanak-kanak
·         Berakal, tidak wajib jum’at atas orang gila
·         Laki-laki, tidak wajib atas perempuan
·         Sehat, tidak wajib jum’at atas orang sakit atau berhalangan
·         Tetap didalam negeri, tidak wajib shalat jum’at atas orang yang sedang dalam perjalanan.
b.      Syarat Syah Mendirikan Shalat Jum’at
·         Hendaknya dilakukan didalam negeri yang penduduknya menetap yang telah dijadikan Watan (tempat-tempat), baik dikota-kota maupun dikampung-kampung (desa-desa). Maka tidak sah mendirikan shalat  jum’at diladang-ladang yang penduduknya hanya tinggal disana untuk sementara waktu saja. Dimasa Rosulullah SAW dan dimasa sahabat yang empat, jum’at tidak pernah didirikan selain dinegeri yang penduduknya menetap.
·         Berjamaah, karena dimasa Rosulullah SAW shalat jum’at tidak pernah dilakukan sendiri-sendiri. Bilangan jamah, menurut pendapat sebagian ulama, sekurang-kurangnya adalah empat puluh orang laki-laki dewasa dari penduduk negeri. Ulama yang lain mengatakan lebih dari empat puluh. Sebagian lagi pendapat cukup dengan dua orang saja, karena dua orang pun sudah dapat dikatakan berjamaah
·         Hendaknya dikerjakan diwaktu dhuhur
·         Hendaknya didahului oleh dua khutbah.[2]

2)      Khutbah Jum’at
a.       Rukun Dua Khutbah Shalat Jum’at
ü  Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT.
ü  Membaca shalawat atas Rosulullah SAW. Sebagian ulama berkata bahwa shalawat ini tidak wajib, berarti bukan rukun khutbah.
ü  Mengucapkan syahadat (bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang sebenarnya melainkan Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya).
ü  Berwasiat (bernasihat) dengan takwa dan mengajarkan apa-apa yang perlu kepada pendengar, sesuai dengan keadaan tempat dan waktu, baik urusan agama maupun urusan dunia (seperti ibadat, kesopanan, pergaulan, perekonomian, pertanian, siasat, dan sebagainya), serta bahasa yang dipahami oleh pendengar.
ü  Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari kedua khutbah.
ü  Berdoa untuk mukminin dan mukminat pada khutbah yang kedua. Sebagia ulama berpendapat bahwa doa dalam khutbah tidak wajib sebagaimana juga dalam selain khutbah.

b.      Syarat Dua Khutbah Shalat Jum’at
ü  Kedua khutbah itu hendaknya dimulai sesudah tergelincir matahari.
ü  Sewaktu berkhutbah hendaklah berdiri jika mampu.
ü  Khatib hendaklah duduk diantara kedua khutbah, sekurang-kurangnya berhenti sebentar .
ü  Hendaklah dengan suara yang keras kira-kira terdengar oleh bilangan yang sah jum’at dengan mereka, sebab yang dimaksud dengan “mengadakan khutbah” itu ialah untuk pelajaran dan  nasehat kepada mereka.
ü  Hendaklah berturut-turut baik rukun, jarak keduanya maupunjarak antara kedua dengan shalat.
ü  Khatib hendaklah suci dari hadas dan najis
ü  Khatib hendaknya menutup auratnya.

Peringatan :
Sebagian ulama berpendapat bahwa khutbah itu hendaknya mempergunakan bahasa arab, karena dimasa Rosulullah SAW dan sahabat-sahabat beliau khutbah itu selalu berbahasa arab. Tetapi mereka lupa bahwa keadaan waktu itu hanya memerlukan bahasa arab karena bahasa itulah yang umum dipergunakan oleh para pendengar. Kalau khatib berkhutbah dengan bahasa yang tidak dipahami oleh pendengar, sudah tentu maksud khutbah itu akan sia-sia belaka. Jadi jika diindonesia sebaiknya menggunakan bahasa indonesia, karena bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia.

c.       Sunah Yang Bersangkutan Dengan Kutbah
Ø  Khutbah hendaknya dilakukan diatas mimbar atau ditempat yang tinggi.
Ø  Khutbah diucapkan dengan kalimat yang fasih, terang, mudah dipahami, sederhana, tidak terlalu panjang, tidak pula terlalu pendek,
Ø  Khatib hendaklah tetap mengahadap orang banyak, jangan berputar-putar, karena yang demikianitu tidak disyariatkan.
Ø  Membaca surat Al-ikhlas sewaktu duduk diantara dua khutbah.
Ø  Menertibkan tiga rukun, yaitu dimulai dengan puji-pujian, kemudian shalawat atas Nabi SAW, lalu berwasiat (memberi nasehat) selain itu tidak ada tertib.
Ø  Pendengar hendaklah diam serta memperhatikan khutbah. Banyak ulama berpendapat bahwa haram hukumnyabercakap-cakap ketika mendengarkan khutbah.[3]
d.      Sunah Yang Bersangkutan Dengan Shalat Jum’at
o   Disunahkan mandi pada hari jum’at beserta keutamaannya.
o   Memakai wangi-wangian untuk shalat jum’at
o   Berhias dengan memakai pakaian yang sebaik-baiknya, dan lebih baik yang berwarna putih.
o   Memotong kuku, menggunting kumis, dan menyisir rambut
o   Segera pergi kemasjid dengan berjalan kaki
o   Hendaklah ia membaca Qur’an atau zikir sebelum khutbah
o   Paling baik membaca surah Al-Kahfi
o   Hendaklah memperbanyak doa dan shalawat atas Nabi SAW pada hari jum’at dan malamnya.[4]

2.      Ketentuan Shalat Jenazah
a.     Syarat Menyalatkan Mayat
·         Syarat-syarat shalat yang juga menjadi syarat shalat mayat, seperti menutup aurat, suci badan dan pakaian, manghadap ke kiblat.
·         Dilakukan sesudah mayat dimandikan dan dikafani
·         Letak mayat itu disebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau shalat itu dilaksanakan diatas kubur atau shalat ghaib.
b.    Rukun Menyalatkan Mayat
·         Niat, sebagaimana shalat yang lain
·         Takbir 4 kali dengan takbiratul ihram
·         Membaca fatihah sesudah takbiratul ihram
·         Membaca shalawat atas nabi SAW. Sesudah takbir kedua.
·         Mendoakan mayat setelah takbir ketiga.
·         Berdiri jika mampu
·         Memberi salam.
Dari uraian diatas urutan-urutannya cukupjelas, yaitu: pada waktu membaca fatihah boleh dikeraskan, hanya yang lebih utama dikeraskan. Adapun mengangkat tangan pada setiap takbir, para ahli berselisih pendapat, ada yang mengatakan harus mengangkat tangannya, dan ada yang mengatakan tidak usah, cukup dengan bacaan saja. [5]
c.     Beberapa Sunah Shalat Mayat
·         Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir tersebut (4x)
·         Israr (merendahkan suara bacaan)
·         Membaca A’uzu Billah
·         Disunahkan berjamaah, dan hendaknya dijadikan tiga saf (baris). Satu saf sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang. Maka jika yang salat ada enam orang, hendaklah tiap-tiap shaf terdiri atas dua orang agar menjadi tiga saf.
·         Makmum wajib mengikuti imam dalam takbir. Karena yang dimaksud mengikuti disini hanya dalam takbir itu, maka makmum jika ketinggalan (tidak mangikuti) imam pada salah satu takbir, sehingga imam telah takbir selanjutnya, maka batalah shalatnya.
d.    Shalat Ghaib
·         Shalat atas mayat yang ghaib itu sah walaupun sesudah dikuburkan, sah pula salat diatas kubur.
·         Imam dan orang yang shalat sendiri disunahkan berdiri diarah kepala mayat laki-laki, atau diarah tengah (pinggang) mayat peempuan.
·         Beberapa mayat boleh dishalatkan bersama-sama. Jika mayat hanya diperoleh sebagian anggota tubuhnya saja, anggota itu wajib juga dimandikan dan dishalatkan.
·         Anak yang gugur sebelum sampai bulannya jika jelas hidupnya dengan tanda-tanda, hukumnya sebagaimana mayat orang (wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan). Kalau tidak ada tanda-tanda hidupnya, tidak dishalatkan. Mayat orang yang tidak beragama islam tidak boleh dishalatkan hanya boleh dimandikan dan dikafani, karena Nabi Saw.[6]

3.      Bacaan Shalat Jenazah
a.       Niat
-          Shalat bagi mayat laki-laki
اصلي على هده الميت فرضا لله تعلى
-          Shalat bagi mayat perempuan
اصلي على هده الميتة فرضا لله تعلى
b.      Shalawat atas Nabi Saw setelah takbir ke 2.
اللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى الى سيدنا محمد كماصليت على سيدنا ابراهيما وعلى الى سيدناابراهيم فلعالمين انك حميد مجيد
c.       Do’a setelah takbir ke 3
-           Untuk mayat laki-laki
اللهم
اغفرله وارحمه وعافه واعفعنه واجعل الجنة مثوه: اللهم ابدله دارا خيرا من داره وزوجا خيرا من زوجه واهلا خيرا من اهله اللهم انك وانت خير منزول به اللهم اكرم نزوله ووسع مدخله
-          Untuk mayat perempuan
اللهم
اغفرلها وارحمها وعافها واعفعنها واجعل الجنة مثوها: اللهم ابدلها دارا خيرا من دارها وزوجا خيرا من زوجها واهلا خيرا من اهلها اللهم انك وانت خير منزول بها اللهم اكرم نزولها ووسع مدخلها
d.      Do’a setelah takbir ke 4
-          Untuk mayat laki-laki
اللهم لاتحرمنا اجره ولا تفتنا بعده واغفرلنا وله
-          Untuk mayat perempuan
 اللهم لاتحرمنا اجرها ولا تفتنا بعدها واغفرلنا ولها[7]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
*      Syarat-Syarat Wajib Shalat Jum’at; Islam, Baligh (dewasa), Berakal, Laki-laki, Sehat, Tetap didalam negeri.
*       Syarat Syah Mendirikan Shalat Jum’at: Hendaknya dilakukan didalam negeri yang penduduknya menetap, Berjamaah, dikerjakan diwaktu dhuhur, didahului oleh dua khutbah.
*      Rukun Dua Khutbah Shalat Jum’at: Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, Membaca shalawat atas Rosulullah SAW, Mengucapkan syahadat, Berwasiat (bernasihat), Membaca ayat Al-Qur’an, Berdoa untuk mukminin dan mukminat pada khutbah yang kedua.
*      Rukun Menyalatkan Mayat: Niat, Takbir 4 kali dengan takbiratul ihram,Membaca fatihah, Membaca shalawat atas nabi SAW,Mendoakan mayat, Berdiri jika mampu,kemudian Memberi salam.



[1] Saleh al-fauzan. 2006. Fiqih Sehari-hari. Jakarta: Gema Insani. Hlm 183
[2] Qomarudin, Basyuni. 2004. Fiqih Ubuddiyah. Jakarta: Paramarta. Hlm 25-34
[3]H. Sulaiman Rasyid, 2005, Fiqih Islam (Hukum Fiqih Lengkap). Bandung: Sinar Baru Algensindo. Hlm 123-128.
[4]Ibnu Hajar Al-Asqani. 2010. Fathul Bahri (Syarah Syahih Al-Bukhori).Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. hlm. 67-68.
[5]Nashiruddin Al-Albani. 2008. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani.

[6]Op Cit. Hlm 171-177
[7] Saleh al-fauzan. 2006. Fiqih Sehari-hari. Jakarta: Gema Insani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar